
ia pernah jatuh pada atap. ia pernah membiak pada sajak. ia pernah berumah pada mata dan pada aquarium di jantung lelaki penyamun cinta yang ranum. pada atap ia pecah dari bongkah demi basah. pada sajak ia mengendap mabuk arak. pada mata ia kelindan lara duka. pada jantung ia gelembung cinta yang larung.
kini ia rindu dirinya pada atap, sajak, mata dan jantung kadang ingin sekali ia bisa merindukan dirinya sebagai hujan; sekedar isi pada separoh tempurung yang menampung, yang berserak di tepian lengang sebuah halaman. Kadang, ketika malam, ingin sekali ia datang sebagai atap, sajak, mata atau jantun yang menggenang di ingatan murung.
(2009)
0 komentar:
Posting Komentar