ke pemancingan mana lagi kautumpahkan
rindu
melumutkan kecemasan pada lendir
umpan
dan mata kail yang lapar
agar ikan-ikan mau kaubujuk bercerai
dengan lubuk
dan pulang ke kampung penggorengan
pelengkap hidangan di meja makan
kau tahu, sejauh-jauh pergi menyisir
bibir sungai,
hanya untuk mencari air keruh,
ikan-ikan pilihan tak akan memakan
umpan dalam kejernihan
kau tinggalkan hulu yang
hening-bening
muasal segala arus terus
menghanyutkan
anak-anak pantau dengan sejarah
hambar
entah arah mana akan dituju
sebut saja, kampung berair jernih
berikan jinak;
berair keruh berikan liar;
berair tawar berikan banyak
alamat kepulangan yang pahit
aku beritahu, andaikata usahamu
sia-sia, pulanglah.
aku dan ikan-ikan yang kauburu
setelah penggusuran itu
kini tinggal di kampung baru
mendekam di kamar air empat persegi
pada sebuah ruang tamu tidak
berhulu-bermuara
hanya gelembung-gelembung dihembus
tenaga listrik
juga kincir-kincir plastik
batu-batu buatan dan lukisan karang
di balik kaca
terasa seperti menyelam-melintas di
antara
tanjung dan teluk kampung pesisir
yang tenang
meski tidak ada kapal-kapal berbenah
bagi pelayaran para pelaut
apalagi jejaring pukat ikan karang
bertandanglah, oi pemancing
bukankah sungai-sungai yang
menghilir
dari hunjaman kaki-kaki hujan
sudah tidak mampu menafsirkan kehendak
air matamu
dan kerinduan tidak selamanya mesti
dipuaskan
dengan tancapan mata kail di rahang
ikan yang rakus
aku bayangkan kau datang
sebelum insangku sempurna jadi
karang
menyematkan mata kail
di setiap saku baju para tamu
2010
2 komentar:
nice posting,
keep sharing,
comment back and senggol my ads once please..........
thank uuuuuuuuuu
Posting Komentar